Kesenian
Selamat datang di Portal Seni
Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu. Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreatifitas manusia. Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai, bahwa masing-masing individu artis memilih sendiri peraturan dan parameter yang menuntunnya atau kerjanya, masih bisa dikatakan bahwa seni adalah proses dan produk dari memilih medium, dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium itu, dan suatu set nilai-nilai yang menentukan apa yang pantas dikirimkan dengan ekspresi lewat medium itu, untuk menyampaikan baik kepercayaan, gagasan, sensasi, atau perasaan dengan cara seefektif mungkin untuk medium itu. Sekalipun demikian, banyak seniman mendapat pengaruh dari orang lain masa lalu, dan juga beberapa garis pedoman sudah muncul untuk mengungkap gagasan tertentu lewat simbolisme dan bentuk (seperti bakung yang bermaksud kematian dan mawar merah yang bermaksud cinta).
Selengkapnya...
Sejarah Kesenian Loedroek
Pada tahun 1994 , group ludruk keliling tinggal 14 group saja. Mereka main di desa desa yang belum mempunyai listrik dengan tarif Rp 350. Group ini didukung oleh 50 . 60 orang pemain. Penghasilan mereka sangat minim yaitu: Rp 1500 s/d 2500 per malam. Bila pertunjukan sepi, terpaksa mengambil uang kas untuk bisa makan di desa.
Sewaktu James L Peacok (1963-1964) mengadakan penelitian ludruk di Surabaya tercatat sebanyak 594 group. Menurut Depdikbud propinsi jatim, sesudah tahun 1980 meningkat menjadi 789 group (84/85), 771 group (85/86), 621 group (86/87) dan 525 (8788). Suwito HS, seniman ludruk asal Malang mengatakan tidak lebih dari 500 group karena banyak anggota group yang memiliki keanggotaan sampai lima group.
Hasil penelitian Suripan Sadi Hutomo, menurut kamus javanansch Nederduitssch Woordenboek karya Gencke dan T Roorda (1847), Ludruk artinya Grappermaker (badutan). Sumber lain menyatakan ludruk artinya penari wanita dan badhut artinya pelawak di dalam karya WJS Poerwadarminta, Bpe Sastra (1930). Sedangkan menurut S.Wojowasito (1984) bahwa kata badhut sudah dikenal oleh masyarakat jawa timur sejak tahun 760 masehi di masa kerajaan Kanyuruhan Malan dengan rajanya Gjayana, seorang seniman tari yang meninggalkan kenangan berupa candi Badhut.
Ludruk tidak terbentuk begitu saja, tetapi mengalami metamorfosa yang cukup panjang. Kita tidak punya data yang memadai untuk merekonstruksi waktu yang demikian lama, tetapi saudara hendricus Supriyanto mencoba menetapkan berdasarkan nara sumber yang masih hidup sampai tahun 1988, bahwa ludruk sebagai teater rakyat dimulai tahun 1907, oleh pak Santik dari desa Ceweng, Kecamatan Goda kabupaten Jombang.
Bermula dari kesenian ngamen yang berisi syair syair dan tabuhan sederhana, pak Santik berteman dengan pak Pono dan Pak Amir berkeliling dari desa ke desa. Pak Pono mengenakan pakaian wanita dan wajahnya dirias coret coretan agar tampak lucu. Dari sinilah penonton melahirkan kata .Wong Lorek.. Akibat variasi dalam bahasa maka kata lorek berubah menjadi kata Lerok.
Periode Lerok Besud (1920 . 1930)
Kesenian yang berasal dari ngamen tersebut mendapat sambutan penonton. Dalam perkembangannya yang sering diundang untuk mengisi acara pesta pernikahan dan pesta rakyat yang lain.Pertunjukkan selanjutnya ada perubahan terutama pada acara yang disuguhkan. Pada awal acara diadakan upacara persembahan. Persembahan itu berupa penghormatan ke empat arah angin atau empat kiblat, kemudian baru diadakan pertunjukkan. Pemain utama memakai topi merah Turki, tanpa atau memakai baju putih lengan panjang dan celana stelan warna hitam. Dari sini berkembalah akronim Mbekta maksud arinya membawa maksud, yang akhirnya mengubah sebutan lerok menjadi lerok besutan.
Periode Lerok dan Ludruk (1930-1945)
Periode lerok besut tumbuh subur pada 1920-1930, setelah masa itu banyak bermunculan ludruk di daerah jawa timur. Istilah ludruk sendiri lebih banyak ditentukan oleh masyarakat yang telah memecah istilah lerok. Nama lerok dan ludruk terus berdampingan sejak kemunculan sampai tahun 1955, selanjutnya masyarakat dan seniman pendukungnya cenderung memilih ludruk.
Sezaman dengan masa perjuangan dr Soetomo di bidang politik yang mendirikan Partai Indonesia raya, pada tahun 1933 cak Durasim mendirikan Ludruk Oraganizatie (LO). Ludruk inilah yang merintis pementasan ludruk berlakon dan amat terkenal keberaniannya dalam mengkritik pemerintahan baik Belanda maupun Jepang.
Ludruk pada masa ini berfungsi sebagai hiburan dan alat penerangan kepada rakyat, oleh pemain pemain ludruk digunakan untuk menyampaikan pesan pesan persiapan Kemerdekaan, dengan puncaknya peristiwa akibat kidungan Jula Juli yang menjadi legenda di seluruh grup Ludruk di Indonesia yaitu : Bekupon Omahe Doro, Melok Nipon Soyo Sengsoro., cak Durasim dan kawan kawan ditangkap dan dipenjara oleh Jepang.
Periode Ludruk Kemerdekaan (1945-1965)
Ludruk pada masa ini berfungsi sebagai hiburan dan alat penerangan kepada rakyat, untuk menyampaikan pesan pesan pembangunan. Pada masa in Ludruk yang terkenal adalah .Marhaen. milik .Partai Komunis Indonesia.. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan jika PKI saat itu dengan mudah mempengaruhi rakyat, dimana ludruk digunakan sebagai corong PKI untuk melakukan penggalangan masa untuk tujuan pembrontakan. Peristiwa madiun 1948 dan G-30 S 1965 merupakan puncak kemunafikan PKI.
Ludruk benar benar mendapatkan tempat di rakyat Jawa Timur. Ada dua grup ludruk yang sangat terkenal yaitu : Ludruk Marhaen dan Ludruk tresna Enggal.
Ludruk Marhaen pernah main di Istana negara sampai 16 kali , hal ini menunjukkan betapa dekatnya para seniman ludruk dengan para pengambil keputusan di negeri ini. Ludruk ini juga berkesempatan menghibur para pejuang untuk merebut kembali irian Jaya, TRIKORA II B yang memperoleh penghargaan dari panglima Mandala (Soeharto). Ludruk ini lebih condong .ke kiri., sehingga ketika terjadi peristiwa G 30 S PKI Ludruk ini bubar.
Periode Ludruk Pasca G 30 S PKI ( 1965 . saat ini)
Peristiwa G30S PKI benar benar memperak perandakan grup grup Ludruk terutama yang berafiliasi kepada Lembaga Kebudayaan Rakyat milik PKI.
Terjadi kevakuman antara 1965-1968. Sesudah itu muncullah kebijaksanaan baru menyangkut grup grup ludruk di Jawa Timur. Peleburan ludruk dikoordinir oleh Angkatan Bersenjata dalam hal ini DAM VIII Brawijaya proses peleburan ini terjadi antara tahun 1968-1970.
1. Eks-Ludruk marhaen di Surabaya dilebur menjadi ludruk Wijaya Kusuma unit I
2. Eks-Ludruk Anogara Malang dilebur menjadi Ludruk Wijaya Kusuma Unit II
3. Eks-Ludruk Uril A Malang dilebur menjadi Ludruk Wijaya Kusuma unit III, dibina Korem 083 Baladika Jaya Malang
4. Eks-Ludruk Tresna Enggal Surabaya dilebur menjadi ludruk Wijaya Kusuma unit IV
5. Eks-Ludruk kartika di Kediri dilebur menjadi Ludruk Kusuma unit V
Diberbagai daerah ludruk ludruk dibina oleh ABRI, sampai tahun 1975. Sesudah itu mereka kembali ke grup seniman ludruk yang independen hingga kini.
Dengan pengalaman pahit yang pernah dirasakan akibat kesenian ini, Ludruk lama tidak muncul kepermukaan sebagai sosok Kesenian yang menyeluruh. Pada masa ini ludruk benar benar menjadi alat hiburan. Sehingga generasi muda yang tidak mendalami sejarah akan mengenal ludruk sebagai grup sandiwara Lawak.
Setiap orang Jawa timur khususnya Surabaya, pasti mengenal Markeso, Kartolo dkk. Coba perhatian bagaimana mereka bermain Ludruk. Sampai saat ini hanya beberapa kalangan saja yang mengetahui .Binatang apakah ludruk itu ? .. Ibarat mobil, semua tergantung sopirnya, kalau sopirnya lurus ya lurus jalannya, tapi kalau sopirnya menyeleweng , ngantuk dsb , kita dapat melihat dan menduga keadaaan yang akan terjadi.
Seperangkat Gamelan
Gamelan adalah salah satu jenis seperangkat alat musik tradisional Indonesia. Seperangkat alat musik tradisional ini berasal dari Jawa, tepatnya Jawa Tengah. Konon seperangkat alat musik ini diciptakan oleh Sunan Kalijaga, salah seorang wali legendaris penyebar agama Islam di tanah Jawa. Seperangkat gamelan ini sebagaimana alat musik tradisional Indonesia lainnya, seperti talempong, gamelan Bali, gamelan Sunda, maupun alat musik lainnya hampir mempunyai corak yang sama. Yakni seperangkat alat musik tersebut terdiri dari banyak komponen yang hanya memiliki satu corak suara. Contoh, gong; ia hanya mempunyai satu corak suara berat (bass). Berbeda dengan alat musik modern, yang mampu memiliki bermacam corak suara. Seperti keyboard, gitar, dll. Jikalau alat-musik modern itu bisa dimainkan secara individual, maka gamelan tidak bisa dimainkan secara individual. Karena akan terdengar tidak enak di telinga. Gamelan harus dimainkan secara bersama-sama, tentunya dengan komitmen untuk menciptakan sebuah irama yang merdu dan enak didengar. Karena meskipun dimainkan secara bersamaan, jikalau masing-masing komponen tidak berkomitmen untuk menciptakan irama yang merdu, maka tidak akan ada gunanya mereka bermain. Ketika semua perangkat alat musik tersebut telah sepakat untuk memainkan sebuah irama, maka ketika bermain, akan terdengarlah sebuah irama yang merdu dan indah, sehingga suaranya mampu menembus cakrawala, sampai ke negeri-negeri mancanegara (Jepang, Eropa, Amerika, Australia, dll). Sehingga tidak heran apabila banyak sudah para seniman asing yang mendalami alat musik ini. Karena mereka memahami betul bahwa, alat musik ini adalah sebuah warisan budaya Indonesia yang luhur. Namun sungguh aneh, apabila ternyata para generasi muda Indonesia lebih gandrung terhadap alat musik modern dibanding alat musik tradisional. Apakah ini telah mencerminkan sikap generasi muda kita yang lebih cenderung ber-individu daripada harus bergotong royong memainkan gamelan. Tiba-tiba saya, membandingkan kondisi sosial ekonomi negara ini dengan kondisi gamelan ini. Alangkah kayanya negara ini, terbukti dengan banyaknya perangkat-perangkat negara dan sumber-sumbernya. Yang jikalau masing-masing perangkat ini saling berkomitmen untuk membangun sebuah negara "gemah ripah loh jinawi", alangkah mudahnya hal itu terlaksana. Namun ternyata, sebagaimana fenomena sikap generasi muda kita, tampaknya perangkat-perangkat negara tersebut lebih suka untuk berindividu, dalam bernegara daripada harus bergotong royong dalam bernegara. Contoh, betapa banyak para politikus kita yang hebat dan sakti, namun kehebatan dan kesaktiannya, mereka gunakan bukan untuk bersama-sama membangun negara tetapi malah untuk saling menjatuhkan. Alangkah tidak merdunya irama sosial politik Indonesia saat ini. Karena masing-masing pihak dengan sesuka hati menabuh alat musiknya sendiri-sendiri. Ada yang dengan demo anarkhi-nya, ada yang dengan demo normalnya, ada yang dengan rencana dialog nasionalnya, ada yang dengan partainya, ada yang dengan penjarahannya, ada dengan mencurigai kelompok kanan lah, kiri lah, ada dengan memaki-maki dan misuh-misuh, ada dengan open house, dll. Oh, kapankah kiranya akan muncul sang penabuh gendang ?? Yang akan menyadarkan para penabuh gamelan lainnya bahwa, gamelan haruslah ditabuh dengan komitmen dan masing-msing penabuh harus komit dengan komitmennya itu. Karena gendang adalah sang pengatur, penjaga dan penyadar irama, agar perangkat yang lain tidak terlena dalam buaiannya masing-masing.
Wassalam,
*Gamelan Indonesia Pukau Penonton Festival Musik di Moskow*
*JAKARTA--MIOL*: Pagelaran gamelan Indonesia yang dimainkan 22 siswa Sekolah Indonesia Moskow (SIM) memukau penonton Festival Musik The Universe of Sound yang diselenggarakan the State Moscow P.I. Tchaikovsky Conservatory di Moskow, pada 13 Mei 2007.
Dalam siaran pers KBRI Moskow, Rusia, yang diterima, Rabu, penampilan musik gamelan Indonesia yang membawakan dua lagu-lagu Indonesia tersebut membuat para pengunjung bertepuk tangan dan ikut menari-nari mengikuti irama gemalen.
Pada kesempatan itu, penonton meminta 22 siswa SIM tersebut mengulang kembali dua buah lagu yang dimainkannya yakni Lancaran Bindri dan Swara Suling.
Penampilan 22 siwa SIM tersebut adalah dalam rangka promosi seni dan budaya Indonesia. Festival Musik "the Universe of Sound" tersebut dihadiri oleh sekitar 500 pengunjung yang terdiri atas para ahli/peminat seni musik, pelajar dan umum.
Gamelan Jawa yang dimainkan oleh 22 siswa Sekolah Indonesia Moskow ditampilkan sebagai pembuka Festival dengan lagu Lancaran Bindri. Kemudian dilanjutkan oleh ansamble dari China yang memainkan lagu tradisional China dengan alat akustik dan perkusi tradisional serta penampilan kuartet flute dari Rusia.
Acara Festival ditutup dengan penampilan kembali Gamelan Jawa yang memainkan lagu Swara Suling, Ojo Dipleroki, dan Jaranan. Penampilan lagu Jaranan diiringi oleh tarian kuda kepang yang diperankan oleh 4 siswa SD SIM.
Penyelenggara Festival menyatakan kepuasannya atas penampilan Indonesia, seraya menggarisbawahi bahwa penonton sangat menikmati permainan gamelan Jawa tersebut. Untuk itu, penyelenggara juga telah meminta Indonesia untuk tampil pada acara di Radio Kultura tanggal 20 Mei 2007.
International Music Festival adalah acara yang diselenggarakan setiap tahun oleh Tchaikovsky Conservatory. KBRI telah berpartisipasi tiga kali pada acara ini. Sebelumnya KBRI menampilkan Gamelan Bali yang menunjukkan bahwa di samping Gamelan Bali Indonesia juga memiliki Gamelan Jawa.
Di kalangan masyarakat Rusia suara Gamelan cukup diminati sebagaimana tampak dari jumlah pengunjung yang mencapai 500 orang. (Ant/OL-03)
Gamelan : Orkestra a la Jawa
Gamelan jelas bukan musik yang asing. Popularitasnya telah merambah berbagai benua dan telah memunculkan paduan musik baru jazz-gamelan, melahirkan institusi sebagai ruang belajar dan ekspresi musik gamelan, hingga menghasilkan pemusik gamelan ternama. Pagelaran musik gamelan kini bisa dinikmati di berbagai belahan dunia, namun Yogyakarta adalah tempat yang paling tepat untuk menikmati gamelan karena di kota inilah anda bisa menikmati versi aslinya.Gamelan yang berkembang di Yogyakarta adalah Gamelan Jawa, sebuah bentuk gamelan yang berbeda dengan Gamelan Bali ataupun Gamelan Sunda. Gamelan Jawa memiliki nada yang lebih lembut dan slow, berbeda dengan Gamelan Bali yang rancak dan Gamelan Sunda yang sangat mendayu-dayu dan didominasi suara seruling. Perbedaan itu wajar, karena Jawa memiliki pandangan hidup tersendiri yang diungkapkan dalam irama musik gamelannya.Pandangan hidup Jawa yang diungkapkan dalam musik gamelannya adalah keselarasan kehidupan jasmani dan rohani, keselarasan dalam berbicara dan bertindak sehingga tidak memunculkan ekspresi yang meledak-ledak serta mewujudkan toleransi antar sesama. Wujud nyata dalam musiknya adalah tarikan tali rebab yang sedang, paduan seimbang bunyi kenong, saron kendang dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama.Tidak ada kejelasan tentang sejarah munculnya gamelan. Perkembangan musik gamelan diperkirakan sejak kemunculan kentongan, rebab, tepukan ke mulut, gesekan pada tali atau bambu tipis hingga dikenalnya alat musik dari logam. Perkembangan selanjutnya setelah dinamai gamelan, musik ini dipakai untuk mengiringi pagelaran wayang, dan tarian. Barulah pada beberapa waktu sesudahnya berdiri sebagai musik sendiri dan dilengkapi dengan suara para sinden.Seperangkat gamelan terdiri dari beberapa alat musik, diantaranya satu set alat musik serupa drum yang disebut kendang, rebab dan celempung, gambang, gong dan seruling bambu. Komponen utama yang menyusun alat-alat musik gamelan adalah bambu, logam, dan kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam pagelaran musik gamelan, misalnya gong berperan menutup sebuah irama musik yang panjang dan memberi keseimbangan setelah sebelumnya musik dihiasi oleh irama gending.Gamelan Jawa adalah musik dengan nada pentatonis. Satu permainan gamelan komplit terdiri dari dua putaran, yaitu slendro dan pelog. Slendro memiliki 5 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 5 6 [C- D E+ G A] dengan perbedaan interval kecil. Pelog memiliki 7 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 4 5 6 7 [C+ D E- F# G# A B] dengan perbedaan interval yang besar. Komposisi musik gamelan diciptakan dengan beberapa aturan, yaitu terdiri dari beberapa putaran dan pathet, dibatasi oleh satu gongan serta melodinya diciptakan dalam unit yang terdiri dari 4 nada.Anda bisa melihat gamelan sebagai sebuah pertunjukan musik tersendiri maupun sebagai pengiring tarian atau seni pertunjukan seperti wayang kulit dan ketoprak. Sebagai sebuah pertunjukan tersendiri, musik gamelan biasanya dipadukan dengan suara para penyanyi Jawa (penyanyi pria disebut wiraswara dan penyanyi wanita disebut waranggana). Pertunjukan musik gamelan yang digelar kini bisa merupakan gamelan klasik ataupun kontemporer. Salah satu bentuk gamelan kontemporer adalah jazz-gamelan yang merupakan paduan paduan musik bernada pentatonis dan diatonis.Salah satu tempat di Yogyakarta dimana anda bisa melihat pertunjukan gamelan adalah Kraton Yogyakarta. Pada hari Kamis pukul 10.00 - 12.00 WIB digelar gamelan sebagai sebuah pertunjukan musik tersendiri. Hari Sabtu pada waktu yang sama digelar musik gamelan sebagai pengiring wayang kulit, sementara hari Minggu pada waktu yang sama digelar musik gamelan sebagai pengiring tari tradisional Jawa. Untuk melihat pertunjukannya, anda bisa menuju Bangsal Sri Maganti. Sementara untuk melihat perangkat gamelan tua, anda bisa menuju bangsal kraton lain yang terletak lebih ke belakang.
Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu. Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreatifitas manusia. Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai, bahwa masing-masing individu artis memilih sendiri peraturan dan parameter yang menuntunnya atau kerjanya, masih bisa dikatakan bahwa seni adalah proses dan produk dari memilih medium, dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium itu, dan suatu set nilai-nilai yang menentukan apa yang pantas dikirimkan dengan ekspresi lewat medium itu, untuk menyampaikan baik kepercayaan, gagasan, sensasi, atau perasaan dengan cara seefektif mungkin untuk medium itu. Sekalipun demikian, banyak seniman mendapat pengaruh dari orang lain masa lalu, dan juga beberapa garis pedoman sudah muncul untuk mengungkap gagasan tertentu lewat simbolisme dan bentuk (seperti bakung yang bermaksud kematian dan mawar merah yang bermaksud cinta).
Selengkapnya...
Sejarah Kesenian Loedroek
Pada tahun 1994 , group ludruk keliling tinggal 14 group saja. Mereka main di desa desa yang belum mempunyai listrik dengan tarif Rp 350. Group ini didukung oleh 50 . 60 orang pemain. Penghasilan mereka sangat minim yaitu: Rp 1500 s/d 2500 per malam. Bila pertunjukan sepi, terpaksa mengambil uang kas untuk bisa makan di desa.
Sewaktu James L Peacok (1963-1964) mengadakan penelitian ludruk di Surabaya tercatat sebanyak 594 group. Menurut Depdikbud propinsi jatim, sesudah tahun 1980 meningkat menjadi 789 group (84/85), 771 group (85/86), 621 group (86/87) dan 525 (8788). Suwito HS, seniman ludruk asal Malang mengatakan tidak lebih dari 500 group karena banyak anggota group yang memiliki keanggotaan sampai lima group.
Hasil penelitian Suripan Sadi Hutomo, menurut kamus javanansch Nederduitssch Woordenboek karya Gencke dan T Roorda (1847), Ludruk artinya Grappermaker (badutan). Sumber lain menyatakan ludruk artinya penari wanita dan badhut artinya pelawak di dalam karya WJS Poerwadarminta, Bpe Sastra (1930). Sedangkan menurut S.Wojowasito (1984) bahwa kata badhut sudah dikenal oleh masyarakat jawa timur sejak tahun 760 masehi di masa kerajaan Kanyuruhan Malan dengan rajanya Gjayana, seorang seniman tari yang meninggalkan kenangan berupa candi Badhut.
Ludruk tidak terbentuk begitu saja, tetapi mengalami metamorfosa yang cukup panjang. Kita tidak punya data yang memadai untuk merekonstruksi waktu yang demikian lama, tetapi saudara hendricus Supriyanto mencoba menetapkan berdasarkan nara sumber yang masih hidup sampai tahun 1988, bahwa ludruk sebagai teater rakyat dimulai tahun 1907, oleh pak Santik dari desa Ceweng, Kecamatan Goda kabupaten Jombang.
Bermula dari kesenian ngamen yang berisi syair syair dan tabuhan sederhana, pak Santik berteman dengan pak Pono dan Pak Amir berkeliling dari desa ke desa. Pak Pono mengenakan pakaian wanita dan wajahnya dirias coret coretan agar tampak lucu. Dari sinilah penonton melahirkan kata .Wong Lorek.. Akibat variasi dalam bahasa maka kata lorek berubah menjadi kata Lerok.
Periode Lerok Besud (1920 . 1930)
Kesenian yang berasal dari ngamen tersebut mendapat sambutan penonton. Dalam perkembangannya yang sering diundang untuk mengisi acara pesta pernikahan dan pesta rakyat yang lain.Pertunjukkan selanjutnya ada perubahan terutama pada acara yang disuguhkan. Pada awal acara diadakan upacara persembahan. Persembahan itu berupa penghormatan ke empat arah angin atau empat kiblat, kemudian baru diadakan pertunjukkan. Pemain utama memakai topi merah Turki, tanpa atau memakai baju putih lengan panjang dan celana stelan warna hitam. Dari sini berkembalah akronim Mbekta maksud arinya membawa maksud, yang akhirnya mengubah sebutan lerok menjadi lerok besutan.
Periode Lerok dan Ludruk (1930-1945)
Periode lerok besut tumbuh subur pada 1920-1930, setelah masa itu banyak bermunculan ludruk di daerah jawa timur. Istilah ludruk sendiri lebih banyak ditentukan oleh masyarakat yang telah memecah istilah lerok. Nama lerok dan ludruk terus berdampingan sejak kemunculan sampai tahun 1955, selanjutnya masyarakat dan seniman pendukungnya cenderung memilih ludruk.
Sezaman dengan masa perjuangan dr Soetomo di bidang politik yang mendirikan Partai Indonesia raya, pada tahun 1933 cak Durasim mendirikan Ludruk Oraganizatie (LO). Ludruk inilah yang merintis pementasan ludruk berlakon dan amat terkenal keberaniannya dalam mengkritik pemerintahan baik Belanda maupun Jepang.
Ludruk pada masa ini berfungsi sebagai hiburan dan alat penerangan kepada rakyat, oleh pemain pemain ludruk digunakan untuk menyampaikan pesan pesan persiapan Kemerdekaan, dengan puncaknya peristiwa akibat kidungan Jula Juli yang menjadi legenda di seluruh grup Ludruk di Indonesia yaitu : Bekupon Omahe Doro, Melok Nipon Soyo Sengsoro., cak Durasim dan kawan kawan ditangkap dan dipenjara oleh Jepang.
Periode Ludruk Kemerdekaan (1945-1965)
Ludruk pada masa ini berfungsi sebagai hiburan dan alat penerangan kepada rakyat, untuk menyampaikan pesan pesan pembangunan. Pada masa in Ludruk yang terkenal adalah .Marhaen. milik .Partai Komunis Indonesia.. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan jika PKI saat itu dengan mudah mempengaruhi rakyat, dimana ludruk digunakan sebagai corong PKI untuk melakukan penggalangan masa untuk tujuan pembrontakan. Peristiwa madiun 1948 dan G-30 S 1965 merupakan puncak kemunafikan PKI.
Ludruk benar benar mendapatkan tempat di rakyat Jawa Timur. Ada dua grup ludruk yang sangat terkenal yaitu : Ludruk Marhaen dan Ludruk tresna Enggal.
Ludruk Marhaen pernah main di Istana negara sampai 16 kali , hal ini menunjukkan betapa dekatnya para seniman ludruk dengan para pengambil keputusan di negeri ini. Ludruk ini juga berkesempatan menghibur para pejuang untuk merebut kembali irian Jaya, TRIKORA II B yang memperoleh penghargaan dari panglima Mandala (Soeharto). Ludruk ini lebih condong .ke kiri., sehingga ketika terjadi peristiwa G 30 S PKI Ludruk ini bubar.
Periode Ludruk Pasca G 30 S PKI ( 1965 . saat ini)
Peristiwa G30S PKI benar benar memperak perandakan grup grup Ludruk terutama yang berafiliasi kepada Lembaga Kebudayaan Rakyat milik PKI.
Terjadi kevakuman antara 1965-1968. Sesudah itu muncullah kebijaksanaan baru menyangkut grup grup ludruk di Jawa Timur. Peleburan ludruk dikoordinir oleh Angkatan Bersenjata dalam hal ini DAM VIII Brawijaya proses peleburan ini terjadi antara tahun 1968-1970.
1. Eks-Ludruk marhaen di Surabaya dilebur menjadi ludruk Wijaya Kusuma unit I
2. Eks-Ludruk Anogara Malang dilebur menjadi Ludruk Wijaya Kusuma Unit II
3. Eks-Ludruk Uril A Malang dilebur menjadi Ludruk Wijaya Kusuma unit III, dibina Korem 083 Baladika Jaya Malang
4. Eks-Ludruk Tresna Enggal Surabaya dilebur menjadi ludruk Wijaya Kusuma unit IV
5. Eks-Ludruk kartika di Kediri dilebur menjadi Ludruk Kusuma unit V
Diberbagai daerah ludruk ludruk dibina oleh ABRI, sampai tahun 1975. Sesudah itu mereka kembali ke grup seniman ludruk yang independen hingga kini.
Dengan pengalaman pahit yang pernah dirasakan akibat kesenian ini, Ludruk lama tidak muncul kepermukaan sebagai sosok Kesenian yang menyeluruh. Pada masa ini ludruk benar benar menjadi alat hiburan. Sehingga generasi muda yang tidak mendalami sejarah akan mengenal ludruk sebagai grup sandiwara Lawak.
Setiap orang Jawa timur khususnya Surabaya, pasti mengenal Markeso, Kartolo dkk. Coba perhatian bagaimana mereka bermain Ludruk. Sampai saat ini hanya beberapa kalangan saja yang mengetahui .Binatang apakah ludruk itu ? .. Ibarat mobil, semua tergantung sopirnya, kalau sopirnya lurus ya lurus jalannya, tapi kalau sopirnya menyeleweng , ngantuk dsb , kita dapat melihat dan menduga keadaaan yang akan terjadi.
Seperangkat Gamelan
Gamelan adalah salah satu jenis seperangkat alat musik tradisional Indonesia. Seperangkat alat musik tradisional ini berasal dari Jawa, tepatnya Jawa Tengah. Konon seperangkat alat musik ini diciptakan oleh Sunan Kalijaga, salah seorang wali legendaris penyebar agama Islam di tanah Jawa. Seperangkat gamelan ini sebagaimana alat musik tradisional Indonesia lainnya, seperti talempong, gamelan Bali, gamelan Sunda, maupun alat musik lainnya hampir mempunyai corak yang sama. Yakni seperangkat alat musik tersebut terdiri dari banyak komponen yang hanya memiliki satu corak suara. Contoh, gong; ia hanya mempunyai satu corak suara berat (bass). Berbeda dengan alat musik modern, yang mampu memiliki bermacam corak suara. Seperti keyboard, gitar, dll. Jikalau alat-musik modern itu bisa dimainkan secara individual, maka gamelan tidak bisa dimainkan secara individual. Karena akan terdengar tidak enak di telinga. Gamelan harus dimainkan secara bersama-sama, tentunya dengan komitmen untuk menciptakan sebuah irama yang merdu dan enak didengar. Karena meskipun dimainkan secara bersamaan, jikalau masing-masing komponen tidak berkomitmen untuk menciptakan irama yang merdu, maka tidak akan ada gunanya mereka bermain. Ketika semua perangkat alat musik tersebut telah sepakat untuk memainkan sebuah irama, maka ketika bermain, akan terdengarlah sebuah irama yang merdu dan indah, sehingga suaranya mampu menembus cakrawala, sampai ke negeri-negeri mancanegara (Jepang, Eropa, Amerika, Australia, dll). Sehingga tidak heran apabila banyak sudah para seniman asing yang mendalami alat musik ini. Karena mereka memahami betul bahwa, alat musik ini adalah sebuah warisan budaya Indonesia yang luhur. Namun sungguh aneh, apabila ternyata para generasi muda Indonesia lebih gandrung terhadap alat musik modern dibanding alat musik tradisional. Apakah ini telah mencerminkan sikap generasi muda kita yang lebih cenderung ber-individu daripada harus bergotong royong memainkan gamelan. Tiba-tiba saya, membandingkan kondisi sosial ekonomi negara ini dengan kondisi gamelan ini. Alangkah kayanya negara ini, terbukti dengan banyaknya perangkat-perangkat negara dan sumber-sumbernya. Yang jikalau masing-masing perangkat ini saling berkomitmen untuk membangun sebuah negara "gemah ripah loh jinawi", alangkah mudahnya hal itu terlaksana. Namun ternyata, sebagaimana fenomena sikap generasi muda kita, tampaknya perangkat-perangkat negara tersebut lebih suka untuk berindividu, dalam bernegara daripada harus bergotong royong dalam bernegara. Contoh, betapa banyak para politikus kita yang hebat dan sakti, namun kehebatan dan kesaktiannya, mereka gunakan bukan untuk bersama-sama membangun negara tetapi malah untuk saling menjatuhkan. Alangkah tidak merdunya irama sosial politik Indonesia saat ini. Karena masing-masing pihak dengan sesuka hati menabuh alat musiknya sendiri-sendiri. Ada yang dengan demo anarkhi-nya, ada yang dengan demo normalnya, ada yang dengan rencana dialog nasionalnya, ada yang dengan partainya, ada yang dengan penjarahannya, ada dengan mencurigai kelompok kanan lah, kiri lah, ada dengan memaki-maki dan misuh-misuh, ada dengan open house, dll. Oh, kapankah kiranya akan muncul sang penabuh gendang ?? Yang akan menyadarkan para penabuh gamelan lainnya bahwa, gamelan haruslah ditabuh dengan komitmen dan masing-msing penabuh harus komit dengan komitmennya itu. Karena gendang adalah sang pengatur, penjaga dan penyadar irama, agar perangkat yang lain tidak terlena dalam buaiannya masing-masing.
Wassalam,
*Gamelan Indonesia Pukau Penonton Festival Musik di Moskow*
*JAKARTA--MIOL*: Pagelaran gamelan Indonesia yang dimainkan 22 siswa Sekolah Indonesia Moskow (SIM) memukau penonton Festival Musik The Universe of Sound yang diselenggarakan the State Moscow P.I. Tchaikovsky Conservatory di Moskow, pada 13 Mei 2007.
Dalam siaran pers KBRI Moskow, Rusia, yang diterima, Rabu, penampilan musik gamelan Indonesia yang membawakan dua lagu-lagu Indonesia tersebut membuat para pengunjung bertepuk tangan dan ikut menari-nari mengikuti irama gemalen.
Pada kesempatan itu, penonton meminta 22 siswa SIM tersebut mengulang kembali dua buah lagu yang dimainkannya yakni Lancaran Bindri dan Swara Suling.
Penampilan 22 siwa SIM tersebut adalah dalam rangka promosi seni dan budaya Indonesia. Festival Musik "the Universe of Sound" tersebut dihadiri oleh sekitar 500 pengunjung yang terdiri atas para ahli/peminat seni musik, pelajar dan umum.
Gamelan Jawa yang dimainkan oleh 22 siswa Sekolah Indonesia Moskow ditampilkan sebagai pembuka Festival dengan lagu Lancaran Bindri. Kemudian dilanjutkan oleh ansamble dari China yang memainkan lagu tradisional China dengan alat akustik dan perkusi tradisional serta penampilan kuartet flute dari Rusia.
Acara Festival ditutup dengan penampilan kembali Gamelan Jawa yang memainkan lagu Swara Suling, Ojo Dipleroki, dan Jaranan. Penampilan lagu Jaranan diiringi oleh tarian kuda kepang yang diperankan oleh 4 siswa SD SIM.
Penyelenggara Festival menyatakan kepuasannya atas penampilan Indonesia, seraya menggarisbawahi bahwa penonton sangat menikmati permainan gamelan Jawa tersebut. Untuk itu, penyelenggara juga telah meminta Indonesia untuk tampil pada acara di Radio Kultura tanggal 20 Mei 2007.
International Music Festival adalah acara yang diselenggarakan setiap tahun oleh Tchaikovsky Conservatory. KBRI telah berpartisipasi tiga kali pada acara ini. Sebelumnya KBRI menampilkan Gamelan Bali yang menunjukkan bahwa di samping Gamelan Bali Indonesia juga memiliki Gamelan Jawa.
Di kalangan masyarakat Rusia suara Gamelan cukup diminati sebagaimana tampak dari jumlah pengunjung yang mencapai 500 orang. (Ant/OL-03)
Gamelan : Orkestra a la Jawa
Gamelan jelas bukan musik yang asing. Popularitasnya telah merambah berbagai benua dan telah memunculkan paduan musik baru jazz-gamelan, melahirkan institusi sebagai ruang belajar dan ekspresi musik gamelan, hingga menghasilkan pemusik gamelan ternama. Pagelaran musik gamelan kini bisa dinikmati di berbagai belahan dunia, namun Yogyakarta adalah tempat yang paling tepat untuk menikmati gamelan karena di kota inilah anda bisa menikmati versi aslinya.Gamelan yang berkembang di Yogyakarta adalah Gamelan Jawa, sebuah bentuk gamelan yang berbeda dengan Gamelan Bali ataupun Gamelan Sunda. Gamelan Jawa memiliki nada yang lebih lembut dan slow, berbeda dengan Gamelan Bali yang rancak dan Gamelan Sunda yang sangat mendayu-dayu dan didominasi suara seruling. Perbedaan itu wajar, karena Jawa memiliki pandangan hidup tersendiri yang diungkapkan dalam irama musik gamelannya.Pandangan hidup Jawa yang diungkapkan dalam musik gamelannya adalah keselarasan kehidupan jasmani dan rohani, keselarasan dalam berbicara dan bertindak sehingga tidak memunculkan ekspresi yang meledak-ledak serta mewujudkan toleransi antar sesama. Wujud nyata dalam musiknya adalah tarikan tali rebab yang sedang, paduan seimbang bunyi kenong, saron kendang dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama.Tidak ada kejelasan tentang sejarah munculnya gamelan. Perkembangan musik gamelan diperkirakan sejak kemunculan kentongan, rebab, tepukan ke mulut, gesekan pada tali atau bambu tipis hingga dikenalnya alat musik dari logam. Perkembangan selanjutnya setelah dinamai gamelan, musik ini dipakai untuk mengiringi pagelaran wayang, dan tarian. Barulah pada beberapa waktu sesudahnya berdiri sebagai musik sendiri dan dilengkapi dengan suara para sinden.Seperangkat gamelan terdiri dari beberapa alat musik, diantaranya satu set alat musik serupa drum yang disebut kendang, rebab dan celempung, gambang, gong dan seruling bambu. Komponen utama yang menyusun alat-alat musik gamelan adalah bambu, logam, dan kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam pagelaran musik gamelan, misalnya gong berperan menutup sebuah irama musik yang panjang dan memberi keseimbangan setelah sebelumnya musik dihiasi oleh irama gending.Gamelan Jawa adalah musik dengan nada pentatonis. Satu permainan gamelan komplit terdiri dari dua putaran, yaitu slendro dan pelog. Slendro memiliki 5 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 5 6 [C- D E+ G A] dengan perbedaan interval kecil. Pelog memiliki 7 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 4 5 6 7 [C+ D E- F# G# A B] dengan perbedaan interval yang besar. Komposisi musik gamelan diciptakan dengan beberapa aturan, yaitu terdiri dari beberapa putaran dan pathet, dibatasi oleh satu gongan serta melodinya diciptakan dalam unit yang terdiri dari 4 nada.Anda bisa melihat gamelan sebagai sebuah pertunjukan musik tersendiri maupun sebagai pengiring tarian atau seni pertunjukan seperti wayang kulit dan ketoprak. Sebagai sebuah pertunjukan tersendiri, musik gamelan biasanya dipadukan dengan suara para penyanyi Jawa (penyanyi pria disebut wiraswara dan penyanyi wanita disebut waranggana). Pertunjukan musik gamelan yang digelar kini bisa merupakan gamelan klasik ataupun kontemporer. Salah satu bentuk gamelan kontemporer adalah jazz-gamelan yang merupakan paduan paduan musik bernada pentatonis dan diatonis.Salah satu tempat di Yogyakarta dimana anda bisa melihat pertunjukan gamelan adalah Kraton Yogyakarta. Pada hari Kamis pukul 10.00 - 12.00 WIB digelar gamelan sebagai sebuah pertunjukan musik tersendiri. Hari Sabtu pada waktu yang sama digelar musik gamelan sebagai pengiring wayang kulit, sementara hari Minggu pada waktu yang sama digelar musik gamelan sebagai pengiring tari tradisional Jawa. Untuk melihat pertunjukannya, anda bisa menuju Bangsal Sri Maganti. Sementara untuk melihat perangkat gamelan tua, anda bisa menuju bangsal kraton lain yang terletak lebih ke belakang.
Ingin melaksanakan acara resepsi pernikahan
www.weddingprof.blogspot.com
Komentar
Posting Komentar